Festival Erau

Leli Hesti
4 min readJul 13, 2020

--

Festival ini berlangsung selama 1 minggu di kabupaten Kutai Kartanegara yang berpusat di Tenggarong, Kalimantan Timur. Merupakan pesta budaya dari adat Kutai yang di gelar setiap tahun. Di kota yang berjarak 1 jam dari Samarinda ini terdapat Keraton (kedaton) Kutai Kartanegara ing Martadipura yang menjadi satu dengan Museum Mulawarman. Erau sendiri berasal dari bahasa Kutai ‘eroh’ yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita…Alhamdulilah, saya punya kesempatan untuk menghadiri acara yang memang riuh ramai ini beberapa tahun lalu,jauh sebelum pandemi Covid dimulai.

Sekedar mengingatkan , kerajaan Kutai merupakan kerajaan hindu pertama di Indonesia, namun pada perkembangannya beralih menjadi kerajaan Islam. Pusat kerajaan sebelumnya adalah Kutai Lama yang sekarang merupakan Kecamatan Anggana (agak jauh dari tenggarong sih..)

Ada banyak acara selama 7 hari tersebut (walaupun sayang saya tidak sempat menyaksikan semuanya,hicks..). Dimulainya Erau ini ditandai dengan upacara adat Mendirikan Ayu yang digelar di Keraton . Selain itu ada acara bepelas, mengulur naga, dan berbagai lomba seperti lomba gasing, lomba egrang, lomba perahu bahkan panjat pinang pun ada! ( serasa lagi tujuh belas-an yak..?:p ). Tidak lupa ada juga festival kuliner berupa jajanan tradisional yg dijajakan di atas perahu. Berbagai acara tersebut diatas diadakan di sepanjang tepi sungai mahakam di kota ini.

Dan yg paling ditunggu *termasuk saya* adalah acara Belimbur yg diadakan pada hari terakhir..Belimbur, adalah acara puncak dari Erau dengan saling siram-menyiram antar masyarakat yang hadir..Asiik sekali..jadi siapapun yang memasuki kota Tenggarong pada saat belimbur diadakan, harus siap2 dan rela untuk disiram oleh siapapun yang kita lewati..Airnya bisa berasal dari mana saja..dari air sungai Mahakam itu sendiri, air sumur, atau air comberan hahha..Kadang ,para peserta sudah menyiapkan diri dengan cara menyiapkan air dalam plastik,dalam ember, pistol mainan bahkan langsung dari air hydran..Berasa jadi korban kebakaran ya?hehhe:-D

Festival Erau akan di akhiri dengan tradisi Mengulur Naga. Jadi, ini sebenarnya merupakan replika naga besar yang akan diarak di kapal menyusuri sungai Mahakam. Acara ini dimulai dari daerah Anggana, yang sudah saya sebutkan diatas. Konon, Kutai lama dulunya merupakan sarang sang naga menurut legenda rakyat yang ada. Saat replika naga diluncurkan, para peserta acara akan berebutan untuk meraih sisik naga yang diyakini membawa keberuntungan.

Pesta adat Erau sendiri memang kental dengan atraksi seni budaya. Selain menampilkan budaya Keraton Kutai atau pun kesenian rakyat Kutai, adat budaya masyarakat pedalaman pun turut menyemarakkan pagelaran Erau . Salah satu yang sy saksikan adalah Upacara adat Dayak Benuaq . Upacara yang ditampilkan pada Erau kali ini adalah upacara adat pernikahan yang disebut Periputn Peluluqn. (agak susah ngejanya yak??..:p)

Sayangnya upacara ini dilangsungkan di sebuah panggung besar (di tepian sungai mahakam) yang agak jauh dan tinggi dari tempat penonton . Alhasil saya akhirnya nekat ikut naik ke atas panggung untuk melihat dari dekat.
Entah promosinya yg kurang atau cuacanya yg krg mendukung , hanya sedikit warga yg menyaksikan acara ini sehingga yaaa itu tadi.. sy bs leluasa naik ke atas panggung, ikut berdesakan bersama para fotografer dari berbagai media setempat.

Yang saya sayangkan lg , kurangnya informasi dan terjemahan dari panitia atau pelaku upacara sehingga saya kurang mengerti maksud dari setiap urutan upacara yg sedang dilaksanakan. Parahnya lg ada satu urutan upacara oleh Ketua Adat , di lakukan dalam bahasa dayak dan tidak ada yg translate, jd sy cuma manggut2 dan mengira ngira maksud dari beliau..

Peragaan upacara adat Periputn Peluluqn ini dibumbui pula dengan adegan ritual pengobatan oleh dua orang pawang Belian terhadap calon mempelai wanita yang jatuh sakit setelah dilamar. Yang seru sih waktu mereka berputar putar dgn penuh semangat dan lumayan lama , dgn baju adat seperti ’rok lebar ’ ..jd melambai2 gitu..tapi..takut jatuh euy ! soalnya saya aja lumayan pusing ngeliatnya..

Sebelum upacara adat diatas, di panggung yang sama dilaksanakan lomba tari adat diiringi grup musik setempat. Ini diikuti oleh semua grup kecamatan di Kukar. Saya sendiri hanya sempat menyaksikan yg terakhir dari Sungai Miriam. Agak surprise juga, krn pemusik yg tampil rata2 sudah berusia sepuh. Pun penyanyi nya. Ternyata grup ini sudah berdiri lebih dari 20 tahun! Wow awet ya??

Yg menghibur buat sy adalah jenis lagu yang dibawakan , yg lebih mirip dgn musik melayu. Sbg informasi mmg di Kaltim selain Dayak, adat Kutai juga banyak ditemukan disini. Adat Kutai sendiri banyak dipengaruhi oleh pengaruh melayu dan Islam seperti dalam sejarah perkembangan keraajaan Kutai itu sendiri.

Suara sang penyanyi (Ibu Srimala ) begitu mendayu2 sehingga sy seperti benar2 berada di tanah melayu . Alhasil di akhir acara, banyak penonton yg berteriak histeris (ONCe More!,..Once More MALA..Please..We want More..We Want More..!!! sampai suara penonton begitu bergemuruh di sekitar panggung.. (hehe sebenarnya gak sedramatis itu sih..***#@..
yg sebenarnya tjd adalah panitia meminta grup ini utk bernyanyi 1 lagu lagi karena memang penyanyinya asyik, enak, bagus..serius !@#..:P

Lucunya di sekitar panggung malah dipadati penjual yg tidak ada hubungannya dgn pesta adat ini. Yg banyak ditemukan malah penjual baju, makanan, tas, sampe komidi puter juga ada! Hehe..jd kayak pasar malam yg biasa kita dapati di lapangan pinggir kota.
Dan saat kita datang ke museum, di belakang museum didapati panggung kecil yg malah diisi dgn musik dangdut ! …walah jauh2 dateng kok ya bukan musik tradisional ya ??…mending Ibu Mala aja deh yg maju pentas..We Want More MALA..We Want MALA…Please…:-)

--

--

Leli Hesti
Leli Hesti

Written by Leli Hesti

Jakarta/Indonesia - Currently living in Japan. Learning for tell more stories through this photography blog : https://www.sedoso.net/

No responses yet